Monday, January 30, 2012

Australia Mengaku: Asia Bangkit, Barat Turun

• LuckyDelapan News

Satu dekade lampau kebangkitan Asia sudah mulai terlihat.

VIVAnews - Dalam kurun sepuluh hari terakhir Menteri Luar Negeri Kevin Rudd dari Australia dua kali melontarkan peringatan yang sama: ekonomi negara-negara Barat tengah merosot, sedangkan Asia sedang bangkit sebagai kekuatan baru. Menariknya, peringatan itu disampaikan Rudd saat melawat ke dua pusat keuangan dunia, New York dan London.

Di hadapan para eksekutif, pejabat, dan cendekia setempat, Rudd menyatakan bahwa negara-negara Barat kini harus mengakui bangkitnya kekuatan Asia. Saat krisis ekonomi menghantam Eropa dan Amerika Serikat, negara-negara Asia yang dipelopori China tumbuh menjadi kekuatan baru yang memberi pengaruh bagi stabilitas ekonomi global. Lembaga keuangan dunia dan juga pejabat perbankan Eropa sudah mengakui realita itu.

Terakhir, Rudd berpidato di Royal Institute of International Affairs di London, 24 Januari 2012 waktu setempat. Rudd menamai judul pidatonya: Fault Lines in the 21st Century Global Order: Asia Rising, Europe Declining and the Future of 'The West.' Pidato itu didapat VIVAnews dari Kedutaan Besar Australia di Jakarta, 25 Januari 2012.

"Judulnya memang provokatif, namun itulah gambaran sesungguhnya situasi global saat ini yang dapat diperdebatkan dan jadi bahan pemikiran," kata Rudd mengawali pidatonya di London.

Mantan perdana menteri Australia itu memaparkan bahwa satu dekade lampau kebangkitan Asia sudah mulai terlihat. "Namun, dengan munculnya krisis keuangan global dan resesi global 2008-2009, apa yang tadinya terlihat jauh kini semakin dekat," lanjut Rudd.

Kebangkitan Asia ini sebagian besar didukung oleh China. Rudd mengatakan bahwa AS dalam 130 tahun terakhir tetap menjadi negara dengan pengaruh terbesar di dunia. Namun, dalam pilar-pilar ekonomi, AS sudah disaingi oleh China, yang menikmati perekonomian yang sangat pesat dalam dua dekade terakhir.

Dengan mengutip data dari majalan The Economist yang terbit awal Januari 2012, Rudd menyatakan bahwa "ekonomi China, berdasarkan paritas daya beli, bisa jadi melampaui AS dalam kurun lima tahun mendatang."

Devisa asing milik China sudah lebih banyak dari AS sejak 2003. Kini devisa asing China sebesar US$2 triliun, bandingkan dengan utang luar negeri AS yang sebesar US$2,5 triliun.  

Selain itu, ekspor China sudah melampui AS sejak 2007 dan dalam tiga tahun terakhir memimpin investasi modal tetap. China pun sejak 2010 unggul dalam output manufaktur dan konsumsi energi. 

Kemajuan di sisi ekonomi ini turut menambah kemampuan China di sektor lain, termasuk militer. "The Economist juga memproyeksikan - mungkin ini kontroversial - bahwa nilai belanja militer China akan melampaui AS pada 2025," kata Rudd.

Maka, Rudd mengajak negara-negara Barat agar mulai melibatkan China dan kekuatan-kekuatan ekonomi lain dalam turut membentuk tatanan global dan regional. Ini berguna agar meredam kecurigaan satu sama lain demi menghindari konflik.

Sejak awal tahun ini Rudd sudah dua kali menyampaikan penilaian akan kebangkitan China dan Asia. Pada 14 Januari lalu dia menyampaikan hal serupa saat berpidato di Asia Society di New York, AS.

Saat itu, selain menyebut China, Rudd pun menyorot kebangkitan ekonomi Indonesia. "Indonesia sendiri – yang segera akan menjadi ekonomi US$1 triliun, kini secara konsisten tumbuh lebih dari 6 persen per tahun dan dengan penduduk yang mendekati 250 juta jiwa.

Indonesia, di bawah arah kebijakan baru Presiden Yudhoyono dan tim ekonominya kemungkinan besar akan muncul menjadi salah satu dari enam ekonomi teratas di dunia pada 2030," kata Rudd. 
Menariknya, dua pidato Rudd di London dan New York ini mengulangi apa yang pernah diutarakan bosnya, Perdana Menteri Julia Gillard. Dalam suatu forum di Melbourne, 28 September 2011, Gillard berpidato dengan judul "Australia in the Asian Century."
Gillard mengulas apa yang sebaiknya diantisipasi Australia, dan juga masyarakat dunia, di tengah bangkitnya kekuatan ekonomi Asia. "Belum pernah kita memasuki masa seperti ini. Kita sudah menginjak satu dekade dalam Abad Asia," ujar Gillard saat itu 

Peringatan Eropa
Saat Rudd berpidato di London, pada hari yang sama di Washington DC, IMF memperingatkan bahwa krisis keuangan di zona euro tidak saja mengancam ekonomi di Eropa, namun juga bisa berdampak bagi ekonomi global.

"Episentrum bahaya itu berada di Eropa, namun seluruh dunia juga makin terkena dampaknya," kata kepala tim ekonomi IMF, Olivier Blanchard, dalam jumpa pers yang dikutip kantor berita Reuters. "Bahkan muncul bahaya yang lebih besar saat krisis di Eropa menjadi-jadi, dunia dapat jatuh ke resesi baru," lanjut Blanchard.

Dana Moneter Internasional itu lantas meralat proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2012. Tiga bulan lalu, pertumbuhan tahun ini diperkirakan 4 persen, namun direvisi menjadi 3,3 persen. Bahkan, menurut IMF, pertumbuhan ekonomi global 2012 bisa lebih rendah dari itu, menjadi 1,3 persen, bila krisis di Eropa terus berlarut-larut. 

Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi, juga melontarkan peringatan keras atas dampak krisis utang yang melanda Benua Biru itu. Menurut Draghi, krisis ini dapat melumpuhkan pasar-pasar keuangan dan ekonomi di tingkat global selama belum ada langkah efektif dari para pemerintah Eropa.

Menurut harian The Wall Street Journal, peringatan itu disampaikan Draghi dalam sidang di Parlemen Eropa, Strasbourg, 16 Januari 2012. "Kita sudah berada di dalam kondisi yang sangat buruk dan tidak perlu malu menghadapi fakta ini," kata Draghi.

Tiga bulan lalu, peringatan serupa sudah dilontarkan pendahulu Draghi, yaitu Jean-Claude Trichet. Juga di hadapan para politisi Eropa, Trichet mengatakan bahwa krisis utang sudah mencapai "dimensi yang sistemik." Kini, Draghi menyatakan bahwa "situasi sudah menjadi lebih buruk."

Sebelumnya, lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor's (S&P) sudah menurunkan peringkat obligasi salah satu ekonomi utama di Eropa, Prancis. Tidak hanya itu, surat utang delapan negara Eropa lainnya, yang juga sesama pengguna mata uang euro (zona euro) pun turun peringkat, bahkan sudah ada yang masuk ke katagori "sampah."

Draghi hanya bisa meminta agar para pemerintah negara-negara Eropa - terutama sesama pengguna mata uang euro - harus segera menerapkan langkah-langkah pemulihan ekonomi dan menekan tingkat pengangguran.

Belakangan ini sudah muncul kekhawatiran di kalangan pelaku pasar obligasi pemerintah Eropa. "Ini menyebabkan gangguan serius dalam kegiatan normal di pasar-pasar keuangan dan, pada akhirnya, ekonomi riil," kata Draghi.

Blanchard dan para pejabat IMF lainnya pun kembali menekankan bahwa Eropa perlu meningkatkan upaya semaksimal mungkin untuk segera mengatasi krisis.

Salah satu cara adalah dengan meningkatkan dana penyelamatan untuk bisa kembali memulihkan kepercayaan pasar sekaligus menurunkan suku bunga atas obligasi sehingga negara-negara yang tengah bermasalah, seperti Italia dan Spanyol, bisa meminjam dengan bunga yang layak.

Namun, belum ada langkah-langkah yang signifikan dari Uni Eropa dalam mengatasi krisi euro sesegera mungkin. Bahkan, belakangan ini muncul perbedaan sikap yang besar antara Inggris dan sesama anggota Uni Eropa dalam mengatasi krisis.  

Perhatian Amerika
Berbeda pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat kini terfokus pada bagaimana mengatasi masalah ekonomi dalam negeri. Pengangguran masih tinggi, 8,5%, dan utang pun sudah melebihi US$2 triliun.

Fokus kepada ekonomi ini tercermin pada Pidato Kenegaraan Obama di Kongres pada Selasa malam waktu setempat (Rabu pagi WIB). Pidato kenegaraan presiden AS kali ini bukan lagi mengedepankan perang melawan terorisme dan krisis di belahan dunia lain - walau itu juga masih menjadi perhatian Washington - namun bagaimana menekan tingkat pengangguran dan mengatasi defisit anggaran dan besarnya utang dengan sejumlah cara, seperti menaikkan pajak bagi orang kaya dan penguatan industri domestik.

"Kita tidak akan kembali kepada ekonomi yang lemah akibat outsourcing, utang yang besar, dan keuntungan keuangan yang semu. Malam ini, saya ingin berbicara bagaimana kita bisa bergerak maju dan menjabarkan cetak biru bagi ekonomi yang dibangun untuk bertahan lama - ekonomi yang dibangun berdasarkan produksi, energi, dan kemampuan bagi pekerja Amerika dan pembaharuan bagi nilai-nilai Amerika," kata Obama, dalam pidato yang dikutip harian The Guardian. 

Awal bulan ini Obama pun memberitahu Kongres bahwa pemerintah AS berencana menambah batas utang sebesar US$1,2 triliun. Rencana ini justru digulirkan saat AS tengah berjuang mengatasi utang yang kian membengkak dan terjadi saat negeri itu kembali bersiap menghadapi pemilihan umum November mendatang. (sj)
• VIVAnews   • LuckyDelapan News

No comments:

Post a Comment